Kasus Dago

 

Muhammad Basuki Yaman, Koordinator Pertanahan Kampung Cirapuhan, menjelaskan bahwa kasus sengketa lahan di Dago Elos bukan sekadar gugatan perdata biasa, melainkan diduga kuat merupakan rekayasa saling gugat dan kolusi jaringan mafia tanahBerikut uraian sistematis tentang pengelompokan para pihak tergugat menurut Yaman:

1. Struktur Pengelompokan Tergugat

Dalam kasus ini terdapat 336 tergugat yang dibagi menjadi empat kelompok utama berdasarkan karakter pembelaan dan peran mereka dalam sengketa:

Kelompok 1: Kelompok Utama – Tergugat Pembela Insidentil

  • Komposisi:
    • Warga yang berjuang mempertahankan tanah.
    • Pihak yang diduga berkolusi atau simpatisan jaringan mafia tanah.
  • Ciri-ciri pembelaan:
    • Mengemukakan lokasi sengketa di Dago Elos dan RW 02.
    • Meminta hakim agar BPN memproses hak pertanahan.
    • Mengajukan berbagai alas hak (Eigendom Verponding) dengan riwayat, luas, dan legalitas yang tidak jelas.
  • Koneksi:
    • Memiliki akses luas ke lembaga dan individu, termasuk kuasa hukum serta aparat berpangkat tinggi.
    • Dukungan bervariasi antara ulama, ormas, dan preman.
  • Kejanggalan:
    • Meskipun jaringan hukum luas, pembelaan awal sering hanya diwakili beberapa tergugat (misal Tergugat II).
    • Mengaburkan batas antara pihak benar dan pihak yang merugikan.

Kelompok 2: Tergugat №88 – An Mina

  • Awalnya mengemukakan lokasi sengketa di Dago (tanpa menyebut Elos).
  • Mendukung kelompok Raminten cs yang menggunakan alas hak Barat Eigendom Verponding.
  • Akhirnya mulai menyadari adanya kejanggalan pada kasus, namun belum mampu menjelaskannya rinci.
  • Kemungkinan membentuk Kelompok 12 sebagai entitas baru.

Kelompok 3: Tergugat 334 – Dinas Perhubungan (Dishub)

  • Kuasa hukum cerdas, teliti, dan konsisten.
  • Mengajukan laporan bahwa alas hak Barat versi penggugat maupun tergugat utama bertentangan dengan laporan BPN Bandung.
  • Mulai menyadari adanya kejanggalan dalam sidang tingkat pertama, dan tidak mengikuti banding.

Kelompok 4: Tergugat 335 – PT Pos Indonesia

  • Menyebut Dago Elos hanya sehubungan dengan pengiriman surat oleh penggugat.
  • Tidak berpendapat mengenai penggunaan alas hak Barat.
  • Kuasa hukum menampilkan sikap pasif atau netraldan kemudian tidak mengikuti banding.

2. Modus Operandi Dugaan Mafia Tanah

Menurut Basuki Yaman:
  • Sejak 1980-an, terjadi pengalihan nama lokasi sengketa ke Dago Elos/RW 02 dari Kampung Cirapuhan/RW 01.
  • Objek tanah yang terpusat di Dago Elos menjadi basis rekayasa saling gugat antara penggugat dan tergugat utama.
  • Tujuan jaringan mafia tanah: memastikan penggugat mendapatkan lahan 6,3–6,9 hektare, kemudian dibagi melalui kolusi.
  • Bahkan jika penggugat kalah di pengadilan, mafia tetap dapat memperoleh keuntungan karena penguasaan formil atas dokumen alas hak.

3. Dampak dan Kesimpulan

  • Dinamika hukum, sosial, dan politik: Sengketa ini tidak sederhana dan memicu kebingungan antara pihak yang sah dan pihak bersekongkol.
  • Kerugian: Kelompok warga RW 02, pemerintah, Dinas Perhubungan, PT Pos Indonesia, serta fasilitas publik mengalami dampak langsung/indirek.
  • Kesadaran tergugat: Sepanjang proses hukum, beberapa tergugat mulai menemukan kejanggalan, yang menunjukkan adanya pergeseran posisi dan kesadaran.
  • Interpretasi Basuki Yaman: Kasus ini adalah rekayasa saling gugatdi mana penggugat dan tergugat diduga berkolusi untuk menguasai tanah, menggunakan sistem peradilan sebagai alat manipulasi.

Sumber Referensi

  • SlideShare: Karakter Pihak Tergugat dalam kasus tanah Dago
  • YouTube: Putusan PK Dago Elos oleh Muhammad Basuki Yaman
  • Blog: Analisa Modus Mafia Tanah Saling Gugat
Dengan demikian, pengelompokan pihak-pihak dalam kasus Dago Elos menurut Muhammad Basuki Yaman lebih menekankan peran strategis dalam rekayasa hukum daripada klaim kepemilikan murni.

Comments

Popular posts from this blog

putusan lengkap pengadilan Negeri Bandung hal 41 sd hal 50

putusan nomor 454/PDT.G/2016/PN.bdg sampai dengan halaman 87

putusan nomor 454/PDT.G/2016/PN.bdg hal 1 sd 66